Jakarta, Selular.ID – Pekan lalu saya menghadiri undangan grand launching smartphone Vivo terbaru, V15 (5/3/2019). Seperti seri-seri flagship sebelumnya, Vivo selalu menghadirkan acara yang terbilang spektakuler.
Gala event Vivo V15 kali ini mengusung konsep pertunjukan air mancur menari di Taman Wisata Air Mancur Sri Baduga, Situ Buleud, Purwakarta, Jawa Barat.
Memadukan konsep pertunjukan air mancur dengan revolusioner elevating stage atau panggung terapung pertama dan terbesar di Indonesia, pertunjukan tersebut terbilang sangat memukau.
Pendaran cahaya warna-warni dari semburat air mancur yang muncul dibelakang panggung, seolah memunculkan siluet kontras, membuat penonton betah. Durasi pertunjukkan selama dua jam seperti berlangsung singkat.
Peluncuran Vivo V15 disiarkan langsung di 5 stasiun TV swasta yang meliputi TransTV, Trans7, RCTI, SCTV, dan AnTV. Tiga brand ambassador Vivo, Maudy Ayunda, Prilly Latuconsina dan Afgan, turut memeriahkan gala event itu.
Selain ketiga brand ambassador itu, panggung acara juga dimeriahkan oleh Ari Lasso, Wizzy, Young Lex, RAN. Tampilnya sederet artis kenamaan, membuat peluncuran V15 menjadi lebih berkesan. Menjadikan event Vivo berbeda dengan vendor smartphone lain.
Sejatinya, ini adalah tahun ketiga Vivo menggelar gala event dengan menggandeng banyak stasiun TV. Pertama kali, persisnya pada 27 September 2017, Vivo menggandeng sembilan stasiun TV untuk menyiarkan secara langsung peluncuran Vivo V7 Plus.
Bertajuk “Perfect Moment”, acara yang dikemas dalam bentuk konser dan drama musical itu, tentu saja menyita perhatian publik.
Pasalnya, sangat jarang perusahaan mampu menggandeng sembilan stasiun televisi sekaligus untuk menyiarkan acara peluncuran produknya secara langsung dalam waktu bersamaan.
Program siaran langsung biasanya berhubungan dengan kepentingan publik, seperti debat capres yang digagas oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum).
Sukses dengan peluncuran V7 Plus, Vivo pun melanjutkan kemasan yang sama dalam peluncuran smartphone generasi selanjutnya, yakni V9 pada 29 Maret 2018.
Kali ini, tak tanggung-tanggung, Vivo menggandeng 12 stasiun TV. Masyarakat di Tanah Air dapat menyaksikan siaran langsung acara Grand Launch Vivo V9 melalui layar televisi.
Berbeda dengan peluncuran Vivo V7 Plus yang berlangsung di Jakarta, perkenalan perdana Vivo V9 berlangsung di Candi Borobudur, Yogyakarta.
Peluncuran produk yang dikemas dengan konsep acara yang terbilang wah, kini menjadi nilai lebih dari Vivo. Hal ini sejalan dengan persepsi yang ingin dibangun oleh Vivo.
Sejak awal kehadirannya di Indonesia, brand smartphone asal China ini berupaya berupaya memenuhi komitmen untuk melahirkan produk-produk canggih dan inovatif.
Alhasil, dalam setiap peluncuran flagship, Vivo selalu menghadirkan beragam kejutan, baik dari sisi fitur maupun teknologi terdepan.
Pada V7 Plus, Vivo tidak hanya unggul dengan tampilan layar penuh tanpa tombol (full view display), melainkan juga didukung kamera depan 24MP yang pertama di dunia.
Pada V9, Vivo menawarkan beragam keunggulan, seperti desain ramping dan ergonomis, layar berponi, kamera selfie dengan fitur-fitur baru (AI face beauty, AI Selfie Lighting), dan kamera belakang ganda (13 Mp dan 2 Mp) melengkapi kamera depan 24 Mp.
Sedangkan Vivo V15 merupakan smartphone pertama Vivo yang mengadopsi Android 9.0 Pie. Seperti model Vivo lainnya, perusahaan melapisinya dengan OS besutan sendiri, Funtouch OS 9.0.
Di Indonesia, Vivo V15 menjadi smartphone pertama yang mengusung kamera selfie pop-up. Artinya, kamera hanya muncul ketika diperlukan.
Saat off, kamera akan tersembunyi dibalik layar. Dengan begitu, layar Vivo V15 bersih tanpa terhalang notch yang biasanya sebagai wadah kamera selfie.
Sektor kamera memang masih menjadi nilai jual utama Vivo V15. Kamera depan mempunyai 32MP Pop-Up Camera. Model kamera menyembul saat digunakan, diprediksi akan menjadi tren di masa datang. Sementara di bagian belakang terdapat AI Triple Camera.
Tiga Besar
Apresiasi tinggi layak diberikan kepada Vivo karena secara konsisten berhasil menggelar brand activation yang terbilang fenomenal, dan sulit ditandingi oleh brand smartphone lain.
Meski demikian, dalam menggelar gala event dengan menggandeng banyak stasiun TV, Vivo terkesan berjudi. Pasalnya, Vivo harus mengeluarkan kucuran dana yang tak sedikit ditengah daya beli masyarakat yang menurun.
Kajian lembaga ekonomi terkemuka, INDEF menunjukkan, sejak tahun lalu pertumbuhan konsumsi rumah tangga, terus berada pada kisaran level 4,9 persen. Masyarakat menengah ke bawah, paling terkena dampak dari ekonomi yang melesu. INDEF menyimpulkan bahwa turunnya daya beli masyarakat saat ini lebih disebabkan lesunya sektor industri dan pendapatan masyarakat yang tergerus.
Asosiasi Ritel Indonesia (Aprindo), juga menyatakan penutupan sejumlah gerai milik peritel papan atas, sebagai respon para pelaku bisnis untuk melakukan efisiensi.
Hal ini terjadi karena daya beli masyarakat terus menurun dan juga terjadinya peralihan dari kegiatan belanja konvensional ke digital yang semakin intensif.
Selain menyangkut daya beli, persoalan lain yang tak kalah penting adalah menyangkut efektifitas. Maraknya medium digital, seperti Youtube, menjadikan TV tak lagi menjadi pilihan utama. Berbagai survey menunjukkan tren mengkonsumsi konten video terus melonjak, terutama di kalangan milenial.
Alhasil, televisi tradisional perlahan tapi pasti, semakin kalah pamor dibanding konsumsi video lewat internet yang tumbuh subur.
Terlepas dari semua itu, langkah Vivo layak diapresiasi. Membangun brand memang memerlukan investasi besar. Apalagi Vivo hadir ditengah kompetisi yang terbilang ketat. Kucuran dana yang tak sedikit, menunjukan keseriusan Vivo untuk berbisnis dan memenangkan pasar Indonesia.
Faktanya, peluncuran produk yang dikemas secara wah, turut mengatrol pencapaian Vivo di Indonesia. Dalam dua tahun terakhir, Vivo sudah masuk dalam lima besar.
Berdasarkan riset yang dilakukan lembaga survey Canalys, hingga kuartal keempat 2018, Samsung masih bertahan di posisi puncak dengan market share 25,4%, diikuti Xiaomi 20,5%, Oppo 19,5%, Vivo 15,9%, dan Advan 4,1%.
Berdasarkan laporan itu, market share Vivo pada akhir 2018 telah mencapai 15,9 persen. Ini adalah pencapaian yang signifikan karena secara tahun ke tahun (YoY), pertumbuhan Vivo sebesar 132 persen.
Sementara setahun sebelumnya, riset IDC menunjukkan pada akhir 2017, Vivo sudah menggenggam 11 persen market share smartphone di Indonesia.
Moncernya kinerja Vivo terbilang mencengangkan. Pasalnya, Berdasarkan laporan IDC, pada kwartal pertama 2017 lima besar vendor smartphone Indonesia dikuasai oleh Samsung, Oppo, Advan, Asus, dan Xiaomi.
Pada periode itu, market share Vivo masih berkisar 4% dan di berada di posisi ke 10. Jadi, hanya dalam tempo dua tahun, Vivo sukses melipatgandakan pertumbuhan.
Meski sudah nangkring di posisi empat, ternyata Vivo tetap berambisi untuk bisa menjadi posisi ke tiga di Indonesia. Namun bukan untuk tahun ini, melainkan tiga tahun ke depan yakni di 2020.
Dalam satu kesempatan, Edy Kusuma Brand Manager Vivo Mobile Indonesia, mengakui bahwa untuk mencapai target tersebut memang tidak mudah.
Dibutuhkan inovasi dan produk-produk yang benar-benar dibutuhkan pengguna smartphone di Indonesia supaya Vivo bisa berada di posisi tiga.
“Untuk menjadi tiga besar di Indonesia kami terus melihat pasar smartphone, ponsel apa yang banyak dicari, dan kami akan coba bermain disegmen itu,” pungkas Edi.
https://selular.id/2019/03/dibalik-rahasia-vivo-tumbuh-berlipat-ganda/
2019-03-12 00:00:00Z
52781504292737
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dibalik Rahasia Vivo Tumbuh Berlipat Ganda - Selular.ID"
Post a Comment