"Kalau berdasarkan kajian selama bertahun-tahun, tidak hanya yang dilakukan oleh ID Institute tetapi juga dilakukan pihak-pihak yang lain di seluruh dunia, penapisan yang paling efektif itu yaitu penapisan yang sifatnya permanen yaitu IP dan domain filtering," ujar dia dalam "Diskusi Internet Baik," katanya di Jakarta, Jumat.
"Dari waktu ke waktu itu yang paling efisien dan yang paling murah, yang paling make sense untuk diterapkan," lanjut dia.
Lebih lanjut, dalam presentasinya, Salahuddien menjelaskan bahwa penapisan domain cocok untuk konten non spesifik dan dapat digabungkan dengan solusi lain seperti browser, URL, keyword dan proxy.
Penapisan Domain juga memiliki arsitektur yang terbuka, mudah dibangun dan direplikasi serta dikelola.
Publik juga dapat berpartisipasi melaporkan, menentukan dan mengklasifikasikan database daftar hitam dan atau dikombinasikan dengan daftar putih.
Sehingga, dengan kata lain, Indonesia mengusung model penapisan mandiri di mana kesadaran penapisan datang dari masyarakat sebagai pengguna.
"Jadi sebenarnya kita sudah jauh lebih dewasa," ujar Salahuddien.
Selain penapisan mandiri, Salahuddien menjelaskan, ada pula model penapisan terbatas, yang diatur oleh penegak hukum, dan penapisan terpusat seperti yang dilakukan China.
"China Great Firewall, semua teknologi yang tersedia dipakai China, bedanya kalau negara lain terbuka, China tidak. China mengisolir internet mereka sendiri," kata dia.
Baca juga: Apa itu teknologi penapisan?
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA2017
Baca Kelanjutan Model penapisan ini dinilai cocok untuk Indonesia : http://ift.tt/2gU9XOTBagikan Berita Ini
0 Response to "Model penapisan ini dinilai cocok untuk Indonesia"
Post a Comment